Review Film Imperfect – Perfect

Insecurity a.k.a nggak percaya diri itu merupakan masalah dari hampir semua wanita. Film Imperfect mengangkat permasalahan tersebut sebagai ceritanya. Film ini premiere pada 19 Desember 2019 dan memiliki durasi 1 jam 53 menit.

Ada 4 hal yang membuat saya tertarik untuk menonton Imperfect:
1. Dibintangi oleh aktor kenamaan – Reza Rahadian.
2. Disutradari oleh Ernest Prakasa.
3. Ceritanya diangkat dari novel karya Meira Anastasia (istri Ernest Prakasa)
4. Jessica Mila rela menaikkan berat badannya sebanyak 10 kg demi film ini.



Review film Imperfect | arum.me
Review film Imperfect | pesannya “ngena” banget!



Film ini diawali dengan kisah masa kecil Rara (Jessica Mila). Pada scene awal saja saya sudah sukses dibuat berkaca-kaca karena walau scene-nya cepat, pembangunan cerita dibuat dengan apik.

Rara yang menjadi tokoh utama memiliki tubuh gemuk dan ia juga tidak suka berdandan. Namun ia memiliki hati yang baik, suka menolong, dan juga punya seorang kekasih yang sangat mencintainya – Dika (Reza Rahadian).

Rara memiliki pekerjaan sebagai seorang staff marketing di sebuah perusahaan. Karirnya baik karena ia memiliki otak cerdas yang membuatnya mendapat penghargaan sebagai Employee of The Year.

Namun dengan penampilannya, ia tidak mendapat kesempatan untuk menjadi seorang manager. Akhirnya ia memutuskan untuk berdiet. Disinilah banyak konflik dimulai.

Pembangunan konflik dibuat dengan sedemikian apik dan masuk akal, sehingga tidak terasa dibuat-buat. Ernest yang awalnya merupakan seorang komika jebolan Stand Up Comedy memang tidak diragukan lagi kecerdasannya untuk membuat film seperti ini. Sudah beberapa film yang ia sutradarai dan sama sekali tidak mengecewakan, seperti Cek Toko Sebelah, Susah Sinyal, Milly & Mamet, dan Rudy Habibie.

Imperfect tentunya dibumbui dengan banyak humor cerdas dan nggak receh yang membuat film ini semakin seru. Ya mungkin memang ada yang rusuh juga, tapi masih bisa diterima. Ceritanya juga ringan, tidak lebay ataupun picisan.

Saya sangat menikmati setiap bagian dalam film ini. Bahkan sampai film habis, saya masih merasa “tertampar” dengan pesan yang disampaikan dalam Imperfect. Seandainya harus melihat film ini lagi, saya tidak merasa keberatan sama sekali.

Banyak wanita yang masih memiliki rasa tidak percaya diri dengan tubuhnya, sekalipun dirinya cantik. Entah karena mengkhawatirkan pendapat orang lain, atau kebutuhan untuk mendapat penerimaan dari orang lain. Saya pun merasakan hal tersebut. Dan film ini mampu membuat saya tersadar bahwa it’s okay to be imperfect.

Ini adalah film Indonesia pertama yang saya review. Karena film ini memang layak untuk ditonton di penghujung tahun ini. Bagi yang berencana untuk menonton film ini tidak akan rugi. Bagus bangetperfect!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *