Ingin Jadi Lebih Produktif? Stop Lakukan 9 Mitos Ini!

Menjadi lebih produktif itu nggak gampang. Susah banget malah. Tapi, produktifitas punya peran yang sangat besar untuk meraih kesuksesan. Itulah mengapa kebanyakan orang menghabiskan waktu berjam-jam internetan untuk mencari tips dan trik menjadi produktif.

Ada artikel yang berisi saran yang benar-benar bisa menolong kita untuk menjadi produktif, tetapi ada juga yang hanya mitos belaka. Kelihatannya yang tertulis itu bisa membantu, namun kenyataannya malah akan memberikan efek buruk bagi kita.

9 mitos menjadi produktif yang malah membuat kita kontraproduktif

Ingin Jadi Lebih Produktif? Stop lakukan 9 Mitos Ini!
Ingin Jadi Lebih Produktif? Stop lakukan 9 Mitos Ini!

1. Jadilah “morning person”

Dijamin, di hampir setiap artikel di internet yang bisa kita temukan, saran ini selalu muncul. Padahal ada banyak bukti yang menyatakan jika hal ini tidak relevan. Seperti yang diungkapkan oleh Christoph Randler (seorang profesor di bidang Biologi dari University of Education di Heidelberg, Jerman) bahwa bangun lebih awal tidak akan membuat kita otomatis menjadi produktif.

Russell Foster, seorang ahli saraf “sirkadian” (perubahan fungsi-fungsi tubuh manusia yang terjadi dalam satu hari) meneliti siklus tidur otak manusia. Ia menemukan bahwa tidak ada kesenjangan sosioekonomi antara orang yang bangun pagi dan yang bangun kesiangan.

Mau kita bangun jam 4, 8 atau 9 pagi, logika kita akan tetap menyadari bahwa kita memiliki jumlah waktu yang sama dalam sehari untuk menyelesaikan segala pekerjaan kita.

Kalau saya pribadi adalah “morning person”, tetapi saya mengenal banyak orang yang hobi begadang yang sanggup menyelesaikan banyak pekerjaaan. Itu karena kita memiliki “jam produktif” yang berbeda.

2. Rapi = Terorganisir

Ada kesalahpahaman mengenai hal ini. Hanya karena rumah atau ruang kerja kita rapi, bukan berarti semua hal yang kita perlukan sudah tertata dan terorganisir.

Dalam konteks produktifitas, terorganisir itu jika segala hal yang kita perlukan dapat kita temukan dengan mudah. Artinya, meletakkan semua pada tempatnya agar bisa ditemukan kembali dengan mudah saat dibutuhkan.

Beberapa orang dapat bekerja dengan meja yang berantakan karena mereka tahu letak barang-barang yang mereka perlukan, namun ada juga yang bekerja di tempat yang rapi tetapi masih sibuk mencari-cari sesuatu yang lupa ia letakkan dimana.

3. Lebih Banyak Jam Kerja, Lebih Produktif.

Hanya karena kita bekerja selama 8, 10 atau bahkan 12 jam bukan berarti kita produktif. Rata-rata, karyawan yang bekerja selama 8 jam memiliki produktifitas selama 3 – 5 jam saja, terlepas dari jam istirahat, gangguan dari berbagai pihak, dan belum lagi jika kepalanya pusing.

Selain itu, bekerja terlalu lama akan memberi pengaruh buruk terhadap kesehatan kita.

Menurut penelitian yang dilakukan pada 85.000 orang di European Heart Journal, jam kerja yang panjang bisa meningkatkan resiko stroke. Bekerja melebihi jam kerja tidak otomatis membuat lebih banyak pekerjaan terselesaikan.

Lebih baik saat kita bisa fokus bekerja, hindari segala gangguan yang mungkin bisa menunda pekerjaan kita, seperti mensenyapkan handphone atau menutup pintu ruang kerja kita. Dan, pastikan kita punya jam istirahat.

Semakin kita bisa memanfaatkan waktu istirahat dengan baik, semakin kita lebih mudah fokus dan lebih segar untuk melanjutkan pekerjaan lagi.

4. Bekerja Dibawah Tekanan Memaksimalkan Kinerja

Beberapa orang mengaku bahwa mereka bisa lebih produktif saat bekerja di bawah tekanan. Dalam dosis kecil, okelah. Contohnya kita mau berlibur dalam waktu dekat, lalu kita buru-buru menyelesaikan semua pekerjaan agar bisa segera bebas.

Jika hal ini dilakukan terus-menerus, bukannya bisa jadi booster, yang ada malah membuat kita stres. Stres akan merusak kesehatan berikut pekerjaan kita. Karena itu, minimalisir stres dengan membuat skala prioritas.



5. Langsung Kerjakan

Beberapa orang menyarankan untuk langsung mengerjakan suatu pekerjaan tanpa membuat rencana terlebih dahulu. Dengan kata lain, kita bisa dikatakan produktif jika kita bisa menyelesaikan pekerjaan.

Hal ini bisa jadi benar, bisa jadi salah.

Kita mungkin akan menghabiskan waktu seharian dengan tidak melakukan apa-apa karena bingung harus mulai dari mana, atau mengerjakan beberapa hal tanpa menyelesaikan apapun karena bingung bagaimana mengerjakannya.

Bukankah itu sama saja dengan mengendarai mobil melintasi berbagai tempat tanpa melihat peta atau GPS, menempuh perjalanan jauh tanpa tujuan?

Agar lebih produktif, susunlah rencana. Temukan kunci pekerjaannya dan buatlah jadwalnya. Memang dengan begitu akan membutuhkan waktu lebih, tapi itu juga akan membuat kita tahu mana dulu yang harus dikerjakan dan pencapaian yang diharapkan.

6. Teruslah Bekerja Sampai Selesai

Iya, paham. Ngapain juga memulai pekerjaan tanpa ada niat untuk menyelesaikannya?

Lebih baik berhenti sejenak daripada memaksakan diri.

Misalnya kita sudah seharian berkutat dengan analisa data, rehatlah sejenak dan jawablah beberapa pesan penting. Dengan melakukannya, kita telah membiarkan otak kita untuk beristirahat dari masalah yang sedang kita coba atasi.

Jadi saat kita kembali untuk melanjutkan analisisnya, kita bisa menyelesaikannya dengan lebih cepat dan efektif.

7. Multitasking Itu Efisien

Saya paham teori ini. Mengerjakan dua atau tiga pekerjaan sekaligus berarti lebih banyak pekerjaan yang terselesaikan. Sayangnya, multitasking itu hampir tidak mungkin bisa dilakukan.

“Dalam Neuroscience jelas dipaparkan: Kita tercipta untuk menjadi mono-taskers,” tulis Cynthia Kubu, PhD, dan Andre Machado, MD. Dalam sebuah penelitian, terungkap bahwa hanya 2,5% orang dapat melakukan multitasking dengan efektif. Dan sisanya, melakukan dua aktifitas rumit secara bersamaan adalah ilusi semata.

Jika kamu memerhatikan dirimu sendiri sedang melakukan multitaking, bisa jadi saat itu kamu sedang mengalihkan fokus dari satu hal ke hal yang lain secara terus-menerus. Hal ini hanya akan mematikan produktifitas kita.

Singkatnya, jangan lakukan multitasking. Lakukan satu pekerjaan pada satu waktu, kemudian move-on ke pekerjaan selanjutnya.

8. Pemberian Hadiah Dapat Meningkatkan Produktifitas

Hadiah berupa uang maupun barang memang bisa meningkatkan produktifitas atau menjadi penyemangat dalam bekerja, namun hal itu hanya bertahan sementara. Setelah hadiah didapat, kita cenderung akan kembali ke level awal produktifitas.

Daripada bergantung pada hadiah dan insentif, lebih baik temukan motivasi dasar kita. Misalnya pikirkan betapa pentingnya pekerjaan itu bagi kita dan perlu usaha untuk menyelesaikannya. Motivasi semacam ini dapat menjadi penyemangat ketimbang hadiah.

Sebagai permulaan, temukan dulu tujuan hidup kita. Ini adalah kunci motivasi diri.

Jika kita tidak punya greget dengan apa yang sedang dilakukan, lalu mengapa sampai merasa stres? Semakin kita memiliki semangat untuk melakukan suatu pekerjaan, kita akan menjadi semakin produktif.

9. Menjadi Produktif Akan Menyelesaikan Semua Masalah

Jika melihat berbagai artikel yang berisi saran untuk menjadi produktif, kita akan menemukan Teknik Podomoro atau Teknik Jerry Seinfeld “Jangan Putuskan Rantainya.”

Eits, jangan salah. Teknik ini bisa jadi efektif. Itulah alasan mengapa banyak orang mengaplikasikannya. Akan tetapi, hanya karena teknik itu berhasil untuk orang lain, bukan berarti akan berhasil juga untuk kita. Jadi jangan paksakan menggunakan teknik yang tidak sesuai untuk kita.

Cobalah berbagai teknik yang berbeda sampai menemukan yang cocok. Kalau saya sih cocok dengan Teknik Pomodoro, yaitu bekerja selama sekitar 25 menit dan beritirahat sejenak selama 5 menit atau lebih sedikit.

Bisa jadi anda juga akan cocok dengan teknik ini. Contohnya, saya bisa total fokus bekerja selama satu jam sebelum akhirnya konsentrasi saya terpecah. Jadi biasanya saya akan terus bekerja selama 60 menit dan berhenti sejenak selama 30 menit.

Intinya, semua tergantung pada hal yang sesuai dengan diri kita. Yang penting, ketahuilah bahwa 9 hal tersebut hanyalah mitos, dan kemudian temukan hal yang benar-benar sesuai dengan karakter kita. Tidak ada orang yang lebih mengenal diri anda selain diri anda sendiri.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *