Review Film Angel Has Fallen – Kombinasi Sempurna

Angel Has Fallen merupakan sekuel dari film Olympus Has Fallen (2013) dan London Has Fallen (2016). Film yang rilis pada 21 Agustus 2019 di Indonesia ini tidak kalah menarik dari 2 film sebelumnya – bahkan mungkin lebih baik, karena kombinasinya sempurna, mulai dari segi politik, drama, humor, hingga aksinya.

Saya bukan penyuka film laga atau aksi, apalagi yang tembak-tembakan, perang, dan lainnya yang berhubungan dengan bunuh-bunuhan. Nggak tega ngelihatnya. Tapi herannya, seri film “Has Fallen” ini bisa begitu memikat dan sukses membuat saya tanpa merasa bosan untuk menonton semua serinya.

Review Film Angel Has Fallen – Kombinasi Sempurna

Review Film Angel Has Fallen | arum.me
Review Film Angel Has Fallen

Film ini – tentu saja – masih menceritakan tentang Mike Banning (Gerard Butler) yang masih mengabdikan diri sebagai Paspampres (Secret Service). Presiden yang ia layani kali ini adalah Allan Trumbull (Morgan Freeman).

Sesuai dengan tagline yang diberikan – The Hero Becomes The Fugitive – Angel Has Fallen menceritakan bagaimana Mike yang telah menjadi pahlawan di 2 film sebelumnya dijebak dan menjadi buronan atas tuduhan percobaan pembunuhan terhadap presiden Amerika.

Film yang disutradarai oleh Ric Roman Waugh ini tetap mengusung tema positifnya hero dan cukup ramah dari adegan kekerasan walaupun genre-nya adalah action. Mungkin ‘keramahan’ inilah yang membuat saya jatuh cinta dengan sekuel film ini.

Karakter tokoh utama dalam film ini – Mike juga tetap tangguh walaupun ia sedang mengalami masalah kesehatan yang membuatnya ketagihan dengan painkiller. Selain itu, Mike juga memiliki karakter yang sangat kuat – ia tetap mendahulukan presiden daripada dirinya sendiri.



Mike memang tidak terima karena telah dituduh melakukan yang tidak ia lakukan, namun ia cenderung fokus untuk menjaga keselamatan presiden, dan tentunya mencari dalang dibalik konspirasi tersebut.

Angel Has Fallen masih tetap sanggup membuat penontonnya terbawa suasana sehingga merasa tegang dan harap-harap cemas menantikan apa yang akan terjadi selanjutnya. Plot-twist-nya memang tidak terlalu mengejutkan, namun kecepatan plot-nya membuat kita tidak akan sempat merasa jenuh di scene tertentu.

Film berdurasi 2 jam 1 menit ini terasa lebih ‘politik’ dan lebih ‘drama’ daripada film-film sebelumnya, walaupun aksinya tidak se-wow pendahulunya, namun tetap seru untuk ditonton.

Yang selalu berkesan dari film semacam ini adalah quotesnya yang sangat mengena dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Saya suka dengan salah satu quote yang mengingatkan penonton untuk tahu kapan harus berhenti agar tidak melukai perasaan orang yang dicintai.

Seperti yang tercuplik dalam teaser-nya, Mike menemui ayah kandungnya untuk meminta bantuan. Pertemuan inilah yang memberikan nuansa humor dalam film ini, karena karakter ayahnya yang tidak humoris namun mampu membuat orang tertawa.

Film ini mendapat rating 80/100 dari Rotten Tomatoes dan 6,9/10 dari iMDB. Kalau dari saya pribadi sih 10/10. Film ini sangat layak ditonton dan aman untuk ditonton R-18, selain karena ada adegan kissing-nya, adegan tembak-tembakan dan perkelahian, namun juga karena mindset yang dipaparkan oleh tokoh antagonis cukup membuat kita berpikir lebih untuk memahaminya.

Penasaran dengan film ini? Silahkan menontonnya di bioskop kesayangan anda. Semoga review ini bermanfaat bagi anda.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *