Review Film Hotel Mumbai – Kisah Nyata Pembunuhan Massal di Hotel Taj
Pada awal April, film drama-thriller ini tayang di bioskop Indonesia. Saya bukan penggemar film menegangkan semacam ini karena ya.. saya pasti akan banyak menutup mata. Sayang kan bayar mahal-mahal buat nonton malah merem. Tapi pas tulisan “Based on true event” muncul di teaser-nya, saya langsung tertarik. Gegara film ini saya jadi tahu kalau ada musibah seperti itu di India pada tahun 2008.
Film produksi kerjasama India dan Australia ini berdurasi 2 jam 3 menit. Bagi yang berencana mau nonton film ini, siap-siap dibuat tegang terus selama itu, bahkan dari scene awal. Film ini dibuka dengan pemandangan betapa kumuhnya kota Mumbai – India karena banyak masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan. Kemudian muncul sekitar 9 pemuda Pakistan di atas perahu dengan headset di telinga. Terdengar bahwa mereka sedang dicuci otaknya, dan ya.. mereka jelas terorisnya.
Para pemuda tersebut berpencar menuju ke berbagai spot keramaian di kota Mumbai untuk melakukan aksi terorismenya. Masyarakat sukses dibuat panik dengan aksi penembakan membabi buta. Aksi tersebut dilakukan di 5 pusat keramaian dan Hotel mewah Taj adalah tempat utamanya.
Pada awal scene petugas hotel membiarkan para korban luka yang histeris untuk mencari perlindungan ke hotel Taj membuat para teroris juga dengan mudah masuk ke dalam hotel. Pasti ada yang berpikir seandainya petugas hotel tidak membuka pintu, pasti para tamu hotel bisa selamat, nyatanya para teroris sudah dibekali berbagai persenjataan yang lengkap, jadi hanya masalah waktu saja agar mereka bisa masuk hotel Taj.

Hotel Taj Mahal Palace adalah hotel mewah berbintang 5 yang telah beroperasi selama ratusan tahun dengan pelayanan dan keamanan yang dapat diandalkan. Banyak petinggi negara yang pernah menginap disana. Tamu disana dianggap sebagai dewa. Pelayanan tingkat tinggi ini membuat para pegawai hotel mempertaruhkan nyawanya untuk melindungi dan menyelamatkan para tamu.
Korban meninggal dalam hotel mencapai 170 orang, dan setengahnya adalah pegawai hotel yang memutuskan untuk tetap tinggal untuk melindungi para tamu. Sementara korban luka mencapai 300 orang. Adalah 2 orang pemeran utama – pegawai hotel yang selamat, yaitu seorang headchef – Hermant Oberoi (Anupan Kher) dan seorang waiter – Arjun (Dev Patel) yang bertahan sampai akhir mendampingi para tamu. Mereka melakukan segala cara untuk menyelamatkan para tamu.
Yang lebih menyedihkan lagi, kota Mumbai tidak memiliki pasukan khusus anti terorisme, sehingga aksi penyelamatan masih harus menunggu berhari-hari karena hanya ibukota – New Delhi yang memiliki pasukan khusus tersebut, dan jaraknya sangat jauh. Setelah korban banyak yang berjatuhan selama berhari-hari, barulah pasukan khusus tiba, dan hanya diperlukan waktu beberapa jam bagi mereka untuk menumbangkan para teroris. Seandainya mereka bisa lebih cepat ya.. huhu.
Film ini sama sekali tidak memberikan saya jeda untuk bersantai, jadi full-menegangkan begitu. Drama yang dimunculkan juga sukses membuat hati saya mencelos. Jadi, film Hotel Mumbai ini berhasil membuat penonton merasakan betapa mencekamnya suasana Mumbai, betapa brutalnya pembunuhan massal yang terjadi, dan bahwa banyak orang juga yang punya nilai kemanusiaan tinggi dan rela berkorban demi orang lain.
Ada banyak scene yang memutarkan video asli dari kejadian tersebut. Mirisnya, aksi terorisme itu mengatas-namakan agama, namun intinya kembali lagi pada masalah uang. Karena tema ini, film Hotel Mumbai sempat ditarik penayangannya di Selandia Baru setelah tragedi penembakan di masjid di Christchurch yang menewaskan 50 orang.
Hotel Mumbai mendapat rating 7,5/10 dari Rotten Tomatoes dan 7,8/10 dari IMDb. Karena unsur kekerasannya, film ini masuk dalam kategori R (Remaja). Walaupun sempat dikecam karena kejadian dan tindakan kekerasannya digambarkan terlalu detail, namun film yang disutradarai oleh Anthony Maras ini mampu membuat para penonton menyadari betapa indahnya kedamaian.